Mai rangoa
tula-tulana wandiu-ndiu, dalam bahasa Indonesia yang artinya mari kita dengar ceritanya ikan
duyung. Ikan duyung selalu diidentikkan dengan cerita-cerita fiksi yang
menarik, bagaimana tidak ikan duyung sering dilukiskan, ikan yang
mempunyai sosok setengah manusia setengah ikan. Orang kebanyakan biasanya
mengenal ikan duyung dengan cerita Putri Duyung yang fenomenal.
Ikan duyung,
di daerah saya di P. Buton dengan Bahasa Wolio mengenalnya dengan sebutan Diu,
konon ikan duyung ini adalah binatang yang sangat dicari-cari karena
terkenal dengan air matanya, yang mempunyai khasiat baik dalam pengobatan
maupun dalam dunia magis. Wallahualam Bishawab…..
Di daerahku,
tepatnya di Pulau Buton, Propinsi Sulawesi Tenggara, punya cerita rakyat
mengenai ikan duyung ini, alias Diu.
Dahulu kala
hiduplah seorang wanita dengan dua orang anaknya, dia hanya tinggal bertiga
karena suaminya telah tiada. Kedua anaknya diberi nama, sang kakak bernama La
Nturungkoleo dan sang adik bernama La Mbata-mbata . Mereka hidup dalam
kemiskinan, dan sangat memprihatinkan, untuk makan sehari-hari begitu susahnya,
akan tetapi namanya seorang ibu tidak ingin melihat anaknya menderita dan mati
kelaparan. Si Ibu berusaha mati-matian untuk membahagiakan kedua putranya,
karena di daerah kami seorang anak laki-laki mempunyai panggilan khusus yaitu
dipanggil dengan awalan LA, misalnya LA ANDI, begitu pula dengan perempuan
dipanggil dengan awalan WA misalnya WA ENI.
Lanjut…….suatu
hari kedua anaknya merintih ingin makan ikan, dan merengek pada ibunya untuk
mencarikan ikan untuk mereka, maka si Ibu berangkatlah ke laut untuk mencari
ikan, dan kepergiannya itu membuatnya untuk pergi dan tidak kembali lagi, konon
si Ibu telah menjadi seekor duyung, yang dikenal dengan sebutan WA NDIU-NDIU,
setiap hari kedua anak itu pergi ke laut menanti ibunya untuk kembali pada
mereka, akan tetapi takdir berkata lain ibunya telah pergi dan takan pernah
kembali, menyesalah kedua anaknya, gara-gara ingin makan ikan membuat ibunya
pergi untuk selamanya, maka tinggalah mereka berdua sebatang kara di dunia ini.
Setiap kali kedua anak itu ketepi laut, mereka
sering bernyanyi untuk menghibur diri mereka, dan berharap si Ibu mendengarkan
dan mau kembali ke
daratan,
berikut penggalan lagunya :
“Wa Ina Wa
ndiu-ndiu maipa susu andiku, andiku La Mbata-mbata, wa kaaku La Ntrungkoleo”
(Wahai
mamaku si ikan duyung, marilah susuin adikku, adikku La mbata-mbata, kakakku La
nturungkoleo)
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari penggalan
cerita rakyat di atas, yaitu kita harus senatiasa berbakti kepada kedua orang
tua kita, terutama ibu, yang telah melahirkan dan merawat kita dengan penuh
kasih sayang, dan mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan oleh Yang Maha
Kuasa….. (dikutip dari sumber lain)